25 Desember 2020

SMA Negeri 3 Surabaya Jalan Gentengkali 33 Surabaya, Dalam Kenangan

Oleh: Mohammad Agil Ichsan (2 Feb 1935 - 26 Sep 2020).

(Ini adalah tulisan beliau (ayahanda), seorang Guru SMA Negeri 3 Surabaya Jalan Gentengkali 33 Surabaya). Ditemukan dalam kumpulan file beliau. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala karuniakan ampunan dan ridho-Nya kepada beliau dan ibunda Rr. Sri Wartinah. Aaamiin)





Bismillahirrohmanirrohim

SMA Perjuangan untuk Menampung Para Pelajar Pejuang Kemerdekaan

Setelah perang kemerdekaan usai pada akhir tahun 1949, para pelajar pejuang kemerdekaan yang tergabung dalam Tentara Pelajar (Brigade 17), TRIP, dan organisasi tentara pelajar yang lain, kembali ke bangku sekolah. Para pelajar sekolah menengah (pertama atau atas) di beberapa daerah,  merasa terpanggil untuk berjuang bersama para pemuda pejuang yang lain. Mereka rela meninggalkan bangku sekolah untuk ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan negara. Tatkala tugas membela negara telah selesai, mereka ingin melanjutkan kembali pendidikan mereka di SMP atau di SMA.

Karena itu, pemerintah menyediakan fasilitas pendidikan yang sesuai bagi para pelajar pejuang ini. Setelah sekian tahun meninggalkan bangku sekolah, mereka tidak mungkin digabungkan dengan para pelajar SMP atau SMA reguler yang sudah ada. Apalagi mereka harus menyesuaikan diri dengan suasana baru setelah mengalami situasi menegangkan di medan tempur yang baru saja mereka tinggalkan.

Maka di beberapa kota, termasuk Surabaya dibukalah SMA Perjuangan untuk menampung hasrat para pelajar pejuang yang ingin melanjutkan pendidikannya. SMA Perjuangan tersebut menempati beberapa ruang kelas di kompleks Wijayakusuma pada sore hari. Dari tahun ke tahun, para pelajar pejuang itu berhasil menyelesaikan pendidikannya. Akhirnya tidak ada lagi eks pelajar pejuang yang masih menuntut ilmu di SMA Perjuangan itu. Hal tersebut terjadi sekitar tahun 1952. Sejak itu, SMA Perjuangan Surabaya mulai menerima lulusan SMP dari kalangan pelajar umum. Di antara pelajar umum yang diterima di SMA Perjuangan tersebut adalah Bapak Zainul Arifin dan Ibu Sunarti. Beberapa tahun kemudian, keduanya menjadi guru Ilmu Pasti dan Bahasa Inggris pada SMA III B.


SMA Perjuangan menjadi SMA Negeri III B

Pada awal tahun 1950, di kota Surabaya hanya ada dua SMA Negeri. SMA Negeri I A (Jurusan Sastra/Bahasa) dan SMA Negeri II B (Jurusan Eksakta. Maka ketika SMA Perjuangan mulai menerima lulusan SMP dari kalangan pelajar umum, SMA Perjuangan tersebut menjadi SMA Negeri III B (Jurusan Eksakta).

Ribut-ribut akibat tuntutan kembali Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia, sesuai dengan hasil persetujuan Konperensi Meja Bundar, menyebabkan hubungan antara Indonesia dengan Belanda memburuk. Demonstrasi yang dilakukan oleh berbagai kalangan untuk memperkuat tuntutan pemerintah RI agar Belanda segera mengembalikan Irian Barat makin marak. 

Masyarakat makin gencar melakukan aksi pengusiran warga negara Belanda yang bekerja di beberapa perusahaan atau kantor pemerintah. Suasana yang menegangkan ini membuat masyarakat Belanda yang sudah bermukin di Indonesia sejak beberapa generasi mulai resah. Mereka merasa tidak betah lagi tinggal di Indonesia. Maka pada akhir dekade tahun 50an terjadilah eksodus warga negara Belanda pulang ke negerinya. 

Akibat peristiwa ini, beberapa sekolah khusus, yang semula hanya untuk anak-anak Belanda mulai ditinggalkan murid-muridnya. Mereka ikut pulang ke negerinya bersama orangtua mereka. Salah satu sekolah tersebut ialah Surabayasche School Vereneging (SSV) atau Persatuan Sekolah-sekolah di Surabaya. Sekolah ini merupakan sekolah berasrama dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan SMA, yang beralamat di jalan Gentengkali 33 Surabaya.

Lalu gedung SSV tersebut diambil alih pemerintah. Sebagian bangunan yang luas dan megah itu dimanfaatkan sebagai Kantor Perwakilan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan  Provinsi Jawa Timur. Sebagian lagi diserahkan kepada SMA Negeri III B. Sejak saat itu, SMA Negeri III B boyongan dari kompleks Wijayakusuma ke jalan Gentengkali. maka mulailah era SMA Negeri III B, Gentengkali 33 Surabaya.

Pada waktu itu, SMA Negeri III B menempati enam ruang kelas di lantai bawah yang memanjang dari arah Timur ke Barat. Di bagian belakang, di arah Selatan, ada dua ruang kelas yang bangunannya terpisah. Selain itu ada lagi 6 ruang kelas, membujur dari arah Selatan ke Utara, termasuk tiga ruang kelas, ruang praktikumm Kimia & Fisika, ruang paktikum Biologi, gudang kecil, dan sebuah ruang untuk tata usaha. Di bagian Utara masih ada tiga ruangan lagi: satu ruangan untuk Kepala Sekolah, satu ruang kelas, dan satu lagi untuk ruang praktek memasak. Di bagian depan (Timur) terdapat ruang aula dengan peralatan senam yang lengkap, dan dapat digunakan untuk ruang pertemuan atau pertunjukan kesenian. Gedung SSV tersebut memiliki fasilitas yang sangat memadai termasuk mebeulair yang baik untuk menunjang kegiatan pendidikan.




SMA Negeri III B mulai Membangun Citra sebagai Sekolah Favorit

Menjelang akhir tahun 50an, di Surabaya hanya ada 6 SMA Negeri, yaitu SMA Negeri I A (Bahasa); SMA Negeri II B, SMA Negeri III B, dan SMA Negeri V B (Eksakta); dan SMA Negeri IV C dan SMA Negeri VI C (Sosial). Maka terjadilah persaingan adu gengsi sesama SMA Negeri jurusan Eksakta (SMA Negeri II B, SMA Negeri III B, dan SMA Negeri V B).

Dari tahun ke tahun, SMA Negeri III B makin menunjukkan prestasi, baik di bidang akademik maupun olahraga dan kesenian. Tidak sedikit lulusan SMA Negeri III B yang diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran UNAIR, yang kala itu sebagai satu-satunya universitas negeri di Surabaya yang menerima lulusan SMA Jurusan Eksakta. SMA Negeri III B makin diminati oleh masyarakat sehingga menjadi pilihan lulusan SMP.

Harus diakui, bahwa SMA Negeri III B bukan sekolah yang penuh gebyar, yang banyak diminati oleh orangtua dari kalangan pejabat pemerintah atau kalangan the have. Lulusan SMP dan orangtua murid yang memilih SMA Negeri III B pada umumnya dari kalangan menengah ke bawah. Tapi keunggulan SMA Negeri III B ialah disiplin belajar yang ketat. Hasilnya: para palajar SMA Negeri III B mampu meraih prestasi demi prestasi, baik di bidang akademik maupun olahraga. Lulusan SMA Negeri III B makin banyak diterima di universitas negeri yang bergengsi di Bandung, Jakarta, atau Jogyakarta. ***

  • Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala karuniakan hikmah pada siapapun yang membaca ini.
  • Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala karuniakan Ridho-Nya dan Surga-Nya tanpa hisab kepada para insan pendidik SMA Negeri III Gentengkali 33 Surabaya. 
  • Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala karuniakan kemuliaan dari sisi-Nya kepada para murid dan orangtua murid SMA Negeri III Gentengkali 33 Surabaya.
  • Aamiin.


Alhamdulillah

Kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah Subhanahu wa Ta'ala.

lihat pula: Menjadi Pribadi Unggul: https://erde-matabaru.blogspot.com/2020/02/pribadi-unggul.html






24 Desember 2020

Pribadi Unggul

Bismillahirrohmanirrohim

Tulisan ini ditemukan dalam file ayahanda Mohammad Agil Ichsan (2 Februari 1935 - 26 September 2020). Beliau seorang guru SMA Negeri III jalan Gentengkali 33 Surabaya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala karuniakan hikmah bagi siapapun yang membacanya.

 Modal Dasar Pribadi Unggul

  • Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
  • Memiliki kejujuran dan dapat dipercaya
  • Memiliki kecerdasan intelektual
  • Memiliki disiplin yang tinggi
  • Memiliki komitmen dan integritas yang tinggi
  • Memiliki daya juang yang tinggi
  • Dapat membedakan yang haq dan yang batil
  • Memiliki kemampuan mengendalikan emosi
  • Memiliki kesabaran
  • Memiliki tenggang rasa
  • Memiliki kepedulian yang tinggi
  • Memilikikepekaaan terhadap liingkungan

Prinsip-prinsip Menjadi Pribadi Unggul
  • Selalu berpikir positif
  • Berpikir sebelum bertindak
  • Bicara berdasar data dan realita
  • Selalu membuat skala prioritas
  • Selalu menetapkan target
  • Selalu mawas diri
  • Tidak pernah berhenti untuk belajar
  • Memegang prinsip win-win solution
  • Memanfaatkan waktu secara efisien
  • Senantiasa bermanfaat bagi orang lain
  • Berupaya menjadi yang terbaik
  • Berusaha menjadi suri tauladan bagi orang lain

Ciri-ciri Pribadi Unggul
  • Memiliki fisik dan mental yang sehat
  • Memiliki gairah hidup yang tinggi
  • Memiliki kepercayaan diri yang kuat
  • Tidak mudah putus asa
  • Memiliki loyalitas yang tinggi
  • Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
  • Kaya inisiatif dan kreatif
  • Selalu berpikir ke masa depan
  • Senantiasa berkomunikasi secara baik
  • Bisa melayani teman, bawahan, dan atasan
  • Senantiasa mengembangkan potensi diri

Alhamdulillah
Kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah Subhanahu wa Ta'ala






Salam BERDAYA

22 Desember 2020

"Ibu Dengarkanlah"

Puisi dan catatan ini ditemukan dalam file ayahanda Mohammad Agil Ichsan (alm).
Beliau seorang guru SMA Negeri 3 Gentengkali Surabaya. 
Puisi ini ditulis oleh seorang murid beliau bernama Bapak Hariyanto (alm).
Atas izin istri Bapak Hariyanto, puisi beserta catatan terkaitnya diunggah
 agar "karyanya bisa dinikmati oleh semua orang."
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala karuniakan ridho-Nya kepada penulis dan pembacanya. 
Aamiin











"Selamat Hari Ibu"

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala karuniakan ampunan kepada kedua orang tua kita. Aamiin.

Selamat Hari Ibu

Ibu, teruslah...

  • mengajarkan anak cinta Allah, Rasulullah, dan Al-Qur'an
  • mengajarkan ketrampilan hidup kepada anak
  • mendukung potensi anak dan memberi rasa percaya diri
  • meneladankan dan mendoakan kebaikan bagi anak


Ibu, mari hindari...

  • mengeluh di depan anak, namun memberi anak pengertian
  • memarahi anak di depan orang lain, bahkan melabel anak
  • membanding-bandingkan anak dengan anak lain
  • menuruti setiap keinginan anak, melainkan memahamkan apa yang baik dan yang buruk baginya

Selamat Hari Ibu, Seseorang yang Dikaruniai Allah 
Kedudukan Utama
tanpa menafikan peran Ayah yang menyebabkan Beliau menjadi ibu 😄😄😄

19 Desember 2020

Kami, Relawan Paliatif

 


Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala karuniakan rahmat dan keberkahan serta ridho-nya kepada para relawan paliatif atas keikhlasannya dalam melaksanakan tugas mulia. Aamiin.